Paus Fransiskus dan Perjalanan Hidup Penuh Kasih untuk Orang Miskin
Katolik Terkini - Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik yang dikenal dengan pendekatan pastoralnya yang sederhana dan penuh kasih, meninggalkan warisan ajaran yang mendalam tentang kasih universal, perhatian terhadap orang miskin, dan pentingnya hidup sesuai dengan nilai-nilai Injil.
Saat perjalanan hidupnya memasuki tahap akhir, Paus Fransiskus memilih untuk mengakhiri hidupnya di bawah pandangan ikon Salus Populi Romani, di Basilika Santa Maria Mayor, sebuah tempat yang dipilih untuk menjadi tempat peristirahatan terakhirnya, jauh dari kemegahan, namun dekat dengan mereka yang paling membutuhkan.
Paus Fransiskus selalu menekankan pentingnya perhatian terhadap orang miskin dan terpinggirkan dalam setiap langkah pelayanannya. Kata-katanya yang terkenal, "Betapa saya ingin sebuah Gereja yang miskin dan untuk orang miskin!" menggambarkan visi gereja yang lebih inklusif dan memperjuangkan kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat, terutama mereka yang paling membutuhkan.
Beliau menganggap pilihan untuk mendampingi orang miskin sebagai panggilan teologis yang lebih tinggi daripada sekadar pilihan budaya, sosiologis, atau politik.
Fokus pada Orang Miskin dan Terpinggirkan
Selama masa kepausannya, Paus Fransiskus secara konsisten mengajak umat Katolik untuk meneladani hidup Yesus, yang sangat peduli dengan orang-orang yang terpinggirkan dan miskin. Dalam ensiklik Evangelii gaudium, Paus menulis tentang pentingnya memiliki "pikiran ini… yang ada pada Yesus Kristus," mengingatkan umat bahwa perhatian terhadap orang miskin adalah bagian dari kehidupan iman yang mendalam.
Beliau juga sering mengutip ajaran Bapa Gereja seperti Santo Ambrosius yang menyatakan bahwa kekayaan bukanlah hak mutlak, melainkan sesuatu yang harus dibagikan dengan mereka yang membutuhkan.
Paus Fransiskus dan Pilihan Hidup yang Berlandaskan Injil
Ajaran Paus Fransiskus tidak hanya berupa kata-kata, tetapi juga tindakan nyata yang mencerminkan kesetiaan terhadap nilai-nilai Injil. Beliau mengikuti jejak Paus Santo Yohanes XXIII, yang mengajarkan bahwa Gereja harus menjadi gereja untuk semua orang, terutama bagi orang-orang miskin dan yang terpinggirkan.
Dengan mengikuti ajaran-ajaran ini, Paus Fransiskus tidak hanya mengajak umat untuk berbagi dengan orang miskin, tetapi juga menunjukkan dalam kehidupan sehari-hari bagaimana menjadi teladan kasih dan pelayanan.
Pada akhir hidupnya, Paus Fransiskus memilih untuk dimakamkan di Basilika Santa Maria Mayor, tempat yang tidak hanya penuh makna spiritual tetapi juga simbolis dari perjalanan hidup beliau. Kehadiran orang-orang miskin dan terpinggirkan di sekelilingnya pada hari terakhirnya menandakan bahwa warisan beliau tidak hanya terletak pada kata-kata, tetapi juga pada tindakan nyata yang terus menginspirasi.
Paus Fransiskus akan dikenang sebagai pemimpin Gereja Katolik yang memfokuskan perhatiannya pada mereka yang paling membutuhkan. Dengan ajaran-ajarannya tentang kasih universal dan pilihan hidup yang berlandaskan Injil, Paus Fransiskus memberikan contoh hidup yang menginspirasi, terutama bagi mereka yang miskin dan terpinggirkan.
Warisan beliau akan terus hidup dalam tindakan konkret umat Katolik yang terinspirasi untuk memperjuangkan keadilan sosial, kedamaian, dan kasih sayang bagi sesama.(AD)
Posting Komentar