Javier Cercas: Paus Fransiskus, Pemimpin Sejati yang Membawa Kristus ke Jalanan dan Ke Hati Umat
Katolik Tekini - Penulis ternama asal Spanyol, Javier Cercas, mengenang sosok Paus Fransiskus sebagai seorang gembala yang rendah hati dan manusiawi, tak lama setelah kabar wafatnya pemimpin tertinggi Gereja Katolik itu menyebar ke seluruh dunia.
Dalam wawancaranya bersama Vatican News, Cercas mengungkapkan kesedihannya yang mendalam dan memuji warisan spiritual Paus yang dinilai mengubah arah Gereja ke jalur yang lebih dekat dengan umat dan Kristus sendiri.
“Saya benar-benar terkejut. Rasanya seperti kehilangan seseorang yang sangat dekat. Saya pikir beliau sudah pulih, apalagi baru kemarin tampil di hadapan umat di Lapangan Santo Petrus,” ujar Cercas dalam wawancara via telepon.
Penulis buku The Madman of God at the End of the World itu sempat menemani Paus Fransiskus dalam perjalanan pastoral ke Mongolia. Dari pengalaman tersebut, ia menyebut Fransiskus bukan hanya sebagai Paus, tetapi lebih dari itu, sebagai seorang imam yang bersahaja dan hadir sebagai figur kebapakan.
Paus Fransiskus: Pemimpin yang Rendah Hati dan Manusiawi
Menurut Cercas, hal yang paling menonjol dari pribadi Paus Fransiskus adalah kerendahan hatinya.
“Ia mengakui kesalahan, tidak menyembunyikan kelemahan, dan menunjukkan dirinya sebagai manusia biasa. Itu membuat orang merasa dekat dengannya,” jelas Cercas.
Cercas mengingat pernyataan pertama Paus saat menerima jabatan di Kapel Sistina: “Saya menerima, meskipun saya adalah seorang pendosa.”
Kalimat sederhana itu, menurutnya, mencerminkan kesadaran mendalam akan kemanusiaan dan kelemahan diri, sesuatu yang sangat langka pada sosok pemimpin besar.
Javier Cercas juga menyoroti keputusan Paus untuk mengambil nama “Fransiskus” sebagai simbol kerendahan hati. Nama itu merujuk pada Santo Fransiskus dari Assisi, yang dikenal karena kesederhanaannya dan kepeduliannya terhadap kaum miskin.
“Itu adalah pesan tersirat bahwa beliau ingin membawa Gereja kembali ke akar-akar kemanusiaan dan pengabdian,” katanya.
Revolusi Sunyi yang Dilakukan Paus Fransiskus
Dalam pandangan Cercas, Paus Fransiskus melakukan “revolusi senyap” dalam Gereja Katolik. Bukan revolusi doktrin, melainkan transformasi spiritual dan pastoral yang sejalan dengan semangat Konsili Vatikan II.
“Beliau ingin membawa Kristus keluar dari sakristi dan ke jalanan,” ujar Cercas, mengutip pernyataan Paus dalam wawancara awalnya bersama majalah Jesuit Italia, La Civiltà Cattolica. Bagi Paus, kekristenan yang sejati adalah kekristenan yang hadir di tengah masyarakat, bersama kaum miskin dan terpinggirkan.
Saat menemani Paus ke Mongolia, Cercas menyaksikan secara langsung para misionaris yang disebutnya sebagai “revolusioner Injil.” Mereka adalah orang-orang yang meninggalkan segalanya, seperti para rasul, demi melayani yang membutuhkan.
“Bagi Paus Fransiskus, orang Kristen sejati adalah para misionaris. Mereka adalah perpanjangan tangan dari pesan Yesus—bukan kekuasaan atau kekayaan, tetapi kasih dan pelayanan,” jelas Cercas.
Warisan Paus Fransiskus: Reformasi yang Belum Selesai
Meski Paus Fransiskus telah wafat, Javier Cercas meyakini bahwa misi reformasi yang diusungnya belum selesai. Warisan beliau akan terus hidup dalam semangat keterbukaan, pelayanan, dan kembalinya Gereja pada nilai-nilai Kristus yang asli.
“Beliau menolak klerikalisme, mengecam gaya hidup Gereja yang terlalu duniawi, dan mengajak kita kembali ke akar. Reformasi itu masih berlanjut,” tutup Cercas.(AD)
Sumber: Vatican News
Posting Komentar