Menyentuh! 'Perjamuan Terakhir' Dibuat dari Pretzel oleh Keluarga Katolik di Amerika
Katolik Terkini - Sebuah karya seni unik dan menggugah perhatian publik baru saja muncul dari dapur salah satu toko pretzel terkenal di Amerika Serikat.
Philly Pretzel Factory cabang Langhorne, Pennsylvania, menghadirkan replika "Perjamuan Terakhir" karya Leonardo da Vinci dalam bentuk seni pretzel, tepat menjelang perayaan Kamis Putih.
Karya luar biasa ini diposting di Facebook pada Selasa, 15 April, bertepatan dengan Hari Seni Sedunia dan ulang tahun Leonardo da Vinci. Postingan tersebut langsung menyedot perhatian netizen, mendapatkan lebih dari 4.000 likes hanya dalam waktu singkat.
Dalam unggahan tersebut tertulis, "Untuk menghormati ulang tahun Leonardo da Vinci, dan Hari Seni Sedunia, inilah 'Perjamuan Terakhir' versi Doughvinci dalam bentuk pretzel."
Kreator: Dua Bersaudara dengan Akar Katolik
Duo di balik karya pretzel kreatif ini adalah Brian dan Shaun Kean, dua bersaudara yang juga dikenal sebagai seniman adonan pretzel. Dikutip dari aleteia.org, mereka mengungkapkan bahwa proses pembuatan karya ini hanya memakan waktu sekitar 50 menit.
“Dalam waktu sebanyak itu, kami bisa membuat sekitar 800 pretzel biasa. Tapi kali ini kami dedikasikan semuanya untuk satu karya yang istimewa,” ujar mereka.
Lebih dari sekadar seni makanan, keluarga Kean menegaskan bahwa karya mereka memiliki makna spiritual yang dalam. Mereka berasal dari keluarga Katolik, dan banyak anggota keluarga mereka, termasuk sang ibu, bekerja di toko tersebut.
“Kami rasa iman Katolik memang sedikit banyak memberi pengaruh dalam karya-karya pretzel kami, terutama saat momen-momen hari besar keagamaan,” kata mereka.
Selain replika Last Supper, keluarga Kean juga membuat berbagai seni pretzel lain yang disesuaikan dengan musim, seperti bentuk salib, kelinci Paskah, anak ayam, dan bunga.
Seni ini tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga membawa pesan yang menyentuh bagi banyak orang yang merayakan Paskah.
Pretzel dan Tradisi Katolik
Tidak banyak yang tahu bahwa pretzel sebenarnya memiliki akar dalam tradisi iman Katolik. Kudapan ini ditemukan oleh para biarawan di Eropa pada abad pertengahan dan secara tradisional dikonsumsi selama masa Prapaskah.
Alasannya sederhana: pretzel hanya dibuat dari tiga bahan pokok yaitu tepung, air, dan garam, sehingga cocok dikonsumsi dalam masa pantang daging dan makanan mewah.
Desainnya yang dipelintir juga bukan tanpa makna. Lengkungan pretzel yang saling menyilang dimaksudkan untuk menyerupai lengan yang disilangkan dalam doa, sebuah simbol pengabdian dan penyerahan diri.
Seni Pretzel Sebagai Media Pewartaan
Karya seni pretzel bertema religius ini bukan hanya memikat mata, tetapi juga menggugah hati. Di tengah dunia modern yang semakin visual, seni seperti ini bisa menjadi jembatan baru untuk menyampaikan pesan iman dan tradisi Gereja secara kreatif dan mudah diterima.
“Kalau seni bisa membuat orang tersenyum sekaligus merenung, kami rasa itu seni yang berhasil,” pungkas Brian dan Shaun Kean.
Karya "Perjamuan Terakhir" dari adonan pretzel ini membuktikan bahwa iman dan kreativitas bisa berjalan beriringan.
Melalui seni yang sederhana namun penuh makna, keluarga Kean mengajak kita semua untuk merayakan Paskah bukan hanya lewat ritual, tapi juga dengan sentuhan seni dan kasih yang membumi.(AD)
Sumber: Aleteia.org
Posting Komentar