Gereja Diserang Saat Misa, 22 Orang Tewas dan 59 Luka-luka di Suriah
Katolik Terkini - Serangan bom bunuh diri mengguncang Gereja Ortodoks Yunani Mar Elias di distrik Douailah, Damaskus, pada Minggu (22/6), saat hampir 400 umat menghadiri perayaan misa.
Menurut Kementerian Kesehatan Suriah, jumlah korban tewas telah mencapai 22 orang, sementara 59 lainnya mengalami luka-luka.
Saksi mata melaporkan dua pria bersenjata menyerbu gereja. Salah satu pelaku melepaskan tembakan dari luar, menghujani jendela kaca patri dan para jemaat, sementara pelaku lainnya mencoba masuk ke dalam gereja dengan membawa granat.
Upaya ini berhasil digagalkan oleh dua umat paroki, Jiris dan Boutros Bishara, yang merebut alat peledak dari tangan pelaku. Namun, saat ditarik ke luar, pelaku meledakkan sabuk bunuh dirinya, menyebabkan ledakan besar yang menewaskan dan melukai puluhan orang serta menghancurkan beberapa bagian gereja.
Ini merupakan serangan bermotif agama pertama yang menargetkan komunitas Kristen sejak jatuhnya rezim sebelumnya lebih dari enam bulan lalu.
Peristiwa ini membangkitkan kembali kekhawatiran terhadap keselamatan umat Kristen di Suriah, yang sebelumnya dijanjikan perlindungan pasca transisi politik.
Seruan Keras dari Para Pemimpin Gereja
Pastor Melatios Shtahi dari Gereja Ortodoks Yunani mengatakan, "Diam terhadap apa yang dulu dianggap sebagai insiden terpisah telah membawa kita ke titik ini. Saya tidak terkejut."
Patriarkat Ortodoks Yunani Antiokhia mengecam keras serangan tersebut dan mendesak otoritas untuk bertanggung jawab penuh atas perlindungan tempat ibadah dan keselamatan warga.
Patriark Yohanes X Yazigi secara aktif menghubungi para pemimpin regional untuk menyampaikan keprihatinan mendalam atas tragedi ini dan menyerukan penghentian kekerasan terhadap minoritas agama.
Patriarkat Katolik Yunani Melkit menilai serangan ini sebagai tanda meningkatnya ketegangan sektarian di Suriah dan ancaman nyata terhadap hak umat Kristen untuk beribadah dengan aman.
Patriark Ortodoks Suryani, Ignatius Aphrem II, menyerukan investigasi cepat dan transparan terhadap insiden ini, sementara Patriark Maronit, Kardinal Bechara Boutros al-Rai, menyebut serangan itu sebagai "penghinaan terhadap keberagaman budaya dan peradaban Timur Tengah."
Theophilos III, Patriark Ortodoks Yunani Yerusalem, menyebutnya sebagai "tindakan biadab yang melukai martabat seluruh umat manusia."
Patriark Katolik Suryani, Ignatius Joseph III Younan, menambahkan bahwa aksi ini adalah "terorisme yang dirancang untuk memecah belah dan mengusir warga tak berdosa dari rumah mereka."
Tuntutan Global untuk Perlindungan Umat Beragama
Serangan mematikan ini kembali menyoroti kerentanan komunitas Kristen di Suriah dan pentingnya perlindungan nyata terhadap kelompok minoritas beragama di tengah situasi politik yang belum stabil.
Berbagai kalangan internasional mengecam serangan ini sebagai pelanggaran berat terhadap kebebasan beragama dan hak asasi manusia.
Seruan untuk penyelidikan menyeluruh dan perlindungan serius terhadap semua komunitas agama di Suriah semakin menggema.(AD)
Sumber: Catholic News Agency (CNA)
Posting Komentar