Sidang Sinodal 2025: Saat Gereja Saling Mendengar dan Menemukan Arah Bersama
Katolik Terkini - Setelah pelaksanaan Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) V pada 3–7 November 2025 di Mercure Convention Center Ancol, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) melanjutkan langkah sinodal dengan menyelenggarakan Sidang Sinodal 2025 pada 8–13 November 2025 di Gedung KWI, Jalan Cut Meutia No. 10, Jakarta.
Sidang tahun ini mengusung tema “Berjalan Bersama sebagai Peziarah Pengharapan”, yang mencerminkan semangat sinodalitas Gereja: panggilan untuk berjalan bersama sebagai umat Allah yang saling mendengarkan dan bersama-sama mencari kehendak Allah dalam terang Roh Kudus.
Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC, secara resmi membuka sidang yang dihadiri oleh para uskup dari 38 keuskupan di Indonesia, termasuk Ordinariat Militer Indonesia. Turut hadir pula para sekretaris komisi, lembaga, dan departemen di lingkungan KWI, serta perwakilan UNIO, KOPTARI, dan berbagai undangan lainnya.
Meneguhkan Semangat Sinodalitas Gereja
Tema “Berjalan bersama” tidak hanya menunjuk pada kebersamaan fisik, tetapi juga kesatuan hati dan tujuan dalam hidup menggereja. Adapun istilah “peziarah pengharapan” mengingatkan bahwa Gereja senantiasa bergerak menuju kepenuhan Kerajaan Allah sambil menabur harapan di tengah dunia yang penuh tantangan dan ketidakpastian.
Sidang ini menekankan ciri utama sinodalitas, yakni kesiapsediaan untuk saling mendengarkan suara Roh Kudus melalui sesama. Semangat keterbukaan itu terwujud dalam penyampaian laporan pertanggungjawaban dari setiap perwakilan Komisi, Sekretariat, Lembaga, dan Departemen (KSLD) di bawah KWI.
Keterlibatan aktif para peserta mencerminkan sinodalitas yang sehat: transparan, akuntabel, dan partisipatif. Para peserta saling mendengarkan, melakukan evaluasi kritis, dan memperkuat komitmen untuk pembaruan, perbaikan, serta kolaborasi lintas komisi dan bidang pelayanan.
Menindaklanjuti Hasil SAGKI V
Sidang Sinodal juga membahas hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) V, yang digelar sebelumnya di Jakarta. SAGKI V menegaskan arah Gereja Katolik Indonesia sebagai Gereja sinodal yang misioner demi perdamaian, berakar pada belas kasih, pembedaan roh, dan aksi konkret.
Gereja diajak memperbarui diri dalam tata kelola, ekonomi, pastoral digital, dan formasi iman, serta menghidupkan dua poros utama: pendalaman iman pribadi dan keluarga, serta perutusan profetis bagi keadilan dan martabat manusia.
Beberapa rekomendasi kunci hasil SAGKI antara lain memperkuat budaya berjalan bersama lintas level gereja; menjadi mitra kritis negara; dan menjangkau kelompok kecil serta tersisih, termasuk kaum muda, perempuan, lansia, dan penyandang disabilitas.
Selain itu, Gereja Indonesia didorong untuk: Mengatasi kemerosotan keadaban publik dan melindungi anak-anak, Merevitalisasi pendidikan Katolik dan pelayanan kesehatan, Membela hak tanah adat dan menanggapi ketimpangan ekonomi, Membina kader awam berintegritas, memperkuat pastoral migran, Mengupayakan perdamaian terutama di Papua, Merawat “rumah bersama” melalui advokasi ekologis, dan membangun dialog lintas iman sebagai cara hidup Gereja.
Seluruh arah pastoral ini akan diimplementasikan secara berjenjang di tingkat regio, keuskupan, dan paroki, agar umat bertumbuh semakin matang dalam Kristus dan menjadi saksi harapan di tengah dunia.
Pesan Natal 2025: Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga
Dalam semangat sinodalitas dan kebersamaan, Sidang Sinodal 2025 juga membahas Pesan Natal Bersama KWI–PGI 2025 yang mengusung tema “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga.”
Pesan tersebut menegaskan bahwa kelahiran Yesus Kristus sebagai Sang Imanuel (Mat 1:21–24) menunjukkan kehadiran Allah di tengah keluarga manusia untuk menghadirkan keselamatan. Dengan meneladani keluarga Maria dan Yusuf yang taat pada kehendak Allah, umat Kristiani diajak menjadikan keluarga sebagai tempat Allah berkarya, khususnya di tengah berbagai krisis seperti perceraian, kekerasan domestik, masalah ekonomi, serta pengaruh materialisme dan individualisme.
KWI dan PGI menegaskan bahwa keluarga adalah Gereja terkecil, tempat kasih Allah dialami dan dibagikan kepada sesama. Karena itu, pesan Natal ini menyerukan pembinaan berkelanjutan bagi keluarga-keluarga Kristiani, pendalaman relasi dengan Allah dan sesama, serta kesaksian hidup sebagai perpanjangan kasih Allah yang memulihkan, meneguhkan iman, dan membawa harapan bagi Gereja, bangsa, dan dunia.(AD)

Posting Komentar