Romo Magnis Rilis Buku Baru: Seruan Pembaruan Gereja di Tengah Kebingungan Dunia
Katolik Terkini - Menjadi Katolik di zaman sekarang tidak selalu mudah. Di satu sisi, Gereja dipandang sebagai penjaga nilai-nilai moral dan iman. Namun di sisi lain, dosa-dosa dari dalam tubuh Gereja sendiri, seperti kasus pelecehan seksual atau penyalahgunaan kuasa, membuat banyak umat merasa malu dan kehilangan arah.
Dalam kebingungan inilah, Romo Frans Magnis Suseno menawarkan sebuah ajakan untuk kembali menatap ke pusat iman: Yesus Kristus.
Lewat bukunya yang berjudul “Dari Stormy sampai Yesus: Dalam Dunia yang Bingung Katolik Ditantang Membarui Diri”, Romo Magnis mengajak pembaca untuk berani menatap dunia apa adanya, dunia yang bingung, kacau, penuh paradoks, namun tetap berusaha melihatnya dari mata iman.
Seperti judulnya, buku ini bergerak dari kisah Stormy, seorang bintang porno yang berhadapan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, hingga sampai kepada sosok Yesus yang tersenyum lembut kepada manusia yang tersesat.
Kebingungan Dunia dan Tantangan Iman
Romo Magnis dengan tajam menggambarkan dunia masa kini yang “bingung berat”: dilanda perang, kerusakan alam, intoleransi, dan kini kecemasan baru bernama artificial intelligence. Namun yang lebih menakutkan baginya adalah kebingungan etis, saat manusia tak lagi tahu mana yang baik dan mana yang jahat.
Setelah revolusi seks, feminisme, hingga perdebatan tentang gender dan orientasi seksual, Gereja dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan sulit yang belum tentu punya jawaban pasti.
Namun, bagi Romo Magnis, tugas orang Katolik bukanlah menjadi hakim moral dunia, melainkan menjadi saksi Kristus. Menjadi saksi kasih Tuhan di tengah dunia yang tak menentu. Itulah benang merah dari delapan belas tulisan yang dihimpun dalam buku ini.
Empat Bagian, Satu Pusat: Yesus
Buku ini dibagi menjadi empat bagian besar, semuanya bermuara pada satu hal: pembaruan iman yang berpusat pada Yesus.
Bagian pertama mengajak pembaca untuk menatap dunia yang kompleks tanpa tergesa-gesa menghakimi. Melalui kisah “Stormy dan Yesus,” Romo Magnis menyentil kebiasaan kita membagi manusia menjadi yang “baik” dan “jahat.” Ia menulis dengan empati dan humor yang khas, memperlihatkan Yesus yang tersenyum, bukan menghukum.
Bagian kedua berbicara tentang menjadi Katolik di Indonesia, minoritas yang dipanggil bukan untuk mengeluh, melainkan membangun persahabatan lintas iman. Di sini terasa kedalaman refleksi seorang intelektual yang juga mencintai tanah airnya.
Bagian ketiga menjadi bagian paling menantang: pembaruan Gereja Katolik sendiri. Romo Magnis menulis dengan jujur dan tanpa kompromi. Ia mengkritik struktur Gereja yang terlalu hirarkis, ketertutupan terhadap kaum awam, posisi perempuan yang masih tersisih, serta keberanian yang setengah hati menghadapi isu-isu seperti LGBT atau selibat imam.
Ia menyoroti Jalan Sinodal Gereja Katolik Jerman sebagai contoh upaya reformasi yang berani: memberi ruang bagi kaum awam, mempertanyakan selibat wajib, dan bahkan membuka diskusi soal imamat perempuan.
Bagi Romo Magnis, pertanyaan-pertanyaan ini bukan ancaman, melainkan tanda bahwa Roh Kudus masih bekerja dalam sejarah.
Bagian keempat kembali ke inti: iman, mukjizat, dan cinta kepada Yesus. Setelah segala kritik dan refleksi tajam, buku ini berakhir dengan nada yang lembut dan penuh kasih. Romo Magnis mengingatkan bahwa iman bukan sekadar kepatuhan terhadap ajaran, melainkan perjumpaan pribadi dengan Yesus yang mencintai manusia apa adanya.
Suara Profetik dan Hangat
Gaya tulisan Romo Magnis tetap seperti yang kita kenal: jernih, logis, tapi penuh kehangatan iman. Ia tidak menulis untuk menakuti, melainkan untuk meneguhkan.
Kritiknya terhadap Gereja tidak lahir dari kebencian, tetapi dari kasih seorang anak kepada ibu yang dicintainya, namun diharapkannya mau berubah.
Dalam dunia yang makin bising dan kehilangan arah, buku ini menjadi seperti lentera kecil, menuntun pembaca untuk melihat bahwa di balik semua kebingungan, Yesus tetap hadir, tersenyum, dan memanggil kita untuk menjadi saksi kasih-Nya.
Refleksi untuk Kita
“Dari Stormy sampai Yesus” bukan sekadar kumpulan esai teologis. Buku ini adalah cermin bagi siapa saja yang bergulat dengan iman di zaman modern: saat kita merasa malu menjadi Katolik, kecewa pada Gereja, atau bingung menghadapi dunia yang terus berubah.
Romo Magnis tidak memberi jawaban instan, tetapi memberi arah: kembali kepada Yesus.
Buku ini layak dibaca bukan hanya oleh umat Katolik, tetapi oleh siapa pun yang mencari makna iman di tengah arus modernitas. Ia mengajarkan bahwa menjadi Katolik bukan berarti menutup diri dari perubahan, melainkan berani membarui diri tanpa kehilangan pusatnya: Yesus Kristus.(AD)
Pengarang: Franz Magnis-Suseno, SJ
Penerbitan: PT Kanisius
Terbit: 2025
Halaman: 252
Harga : Rp. 110.000

Posting Komentar