KWI Dorong Pemerintah dan Aparat Dengarkan Suara Rakyat Kecil
Katolik Terkini - Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengeluarkan pernyataan sikap resmi terkait kondisi sosial-politik yang memanas di sejumlah daerah Indonesia.
Melalui Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC, dan Sekretaris Jenderal KWI, Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM, KWI menegaskan keprihatinan atas maraknya aksi kekerasan dan anarkisme, sekaligus menyerukan masyarakat, pemerintah, dan aparat untuk menjaga persatuan serta mengedepankan keadilan.
KWI Tanggapi Situasi Tidak Kondusif di Indonesia
Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah daerah di Indonesia mengalami situasi yang memanas akibat aksi demonstrasi dan bentrokan yang berujung pada kekerasan. KWI menyampaikan rasa prihatin yang mendalam atas peristiwa tersebut.
"Beberapa hari ini kita merasa prihatin dan sakit menyaksikan kekerasan dan tindakan anarkis di beberapa daerah di negara kita tercinta," tulis KWI dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Minggu, (31/8/2025).
Menurut KWI, kondisi tersebut muncul karena adanya kekecewaan besar dari masyarakat terhadap perkataan, tindakan, maupun kebijakan yang dianggap tidak bijaksana, tidak adil, serta tidak berpihak kepada rakyat.
Lima Poin Pernyataan Sikap KWI
Dalam dokumen resmi tersebut, Konferensi Waligereja Indonesia menyampaikan lima poin penting sebagai bentuk keprihatinan dan harapan bagi bangsa Indonesia.
1. Duka Cita untuk Korban
KWI menyampaikan belasungkawa kepada masyarakat yang menjadi korban akibat aksi unjuk rasa.
Baik mereka yang mengalami cedera, kehilangan nyawa, maupun yang menderita dalam perjuangan menegakkan keadilan dan kebenaran, menjadi perhatian mendalam bagi Gereja Katolik Indonesia.
2. Seruan untuk Pemerintah dan Lembaga Negara
KWI menghimbau lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif agar dengan rendah hati mendengarkan suara rakyat.
KWI meminta pemerintah memperjuangkan kepentingan masyarakat, khususnya kelompok rentan, miskin, dan mereka yang mengalami ketidakadilan.
Selain itu, KWI mendorong agar pemerintah berani mengoreksi bahkan membatalkan kebijakan yang dianggap menciderai rasa keadilan rakyat, menambah beban hidup masyarakat, serta melukai mereka yang sudah menderita.
KWI menegaskan, cita-cita kemerdekaan tidak boleh hanya berhenti pada pidato, tetapi harus diwujudkan dalam tata kelola yang transparan, akuntabel, dan kredibel.
3. Pesan untuk Aparat Keamanan
KWI mengingatkan aparat keamanan agar benar-benar menjadi pengayom masyarakat.
Dalam menghadapi aksi massa, pendekatan humanis perlu dikedepankan, bukan kekerasan. Dengan begitu, kepercayaan masyarakat terhadap aparat dapat terjaga.
4. Sikap Kritis KWI terhadap Lembaga Negara
Konferensi Waligereja Indonesia menegaskan tetap akan bersikap kritis terhadap lembaga negara, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
Kritik ini dimaksudkan agar setiap kebijakan dan tindakan pemerintah benar-benar berpihak pada masyarakat luas serta mengutamakan kepentingan bangsa.
5. Apresiasi kepada Pejuang Kebaikan
KWI juga memberikan apresiasi kepada individu, organisasi, maupun institusi yang secara konsisten memperjuangkan kebenaran dan kebaikan dengan cara-cara damai, santun, dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Ajakan Menjaga Persatuan dan Membangun Indonesia Emas
Di tengah dinamika sosial-politik, KWI menyerukan pentingnya menjaga persatuan bangsa. Umat dan masyarakat diajak untuk menahan diri dari tindakan provokatif dan kriminal yang berpotensi merusak perdamaian.
"Marilah kita berjalan bersama, bergandeng tangan, dan bergotong royong dengan semua orang yang berkehendak baik untuk membangun bangsa menuju Indonesia Emas," tulis KWI.
KWI juga menekankan pentingnya memancarkan energi positif demi Indonesia maju serta menaruh harapan agar Tuhan senantiasa melindungi bangsa dan negara.
Pernyataan sikap Konferensi Waligereja Indonesia ini menjadi suara moral yang mengingatkan pemerintah, aparat, dan masyarakat untuk bersama-sama menjaga persatuan, menegakkan keadilan, serta membangun Indonesia dengan cara damai.
Melalui ajakan ini, KWI berharap bangsa Indonesia mampu keluar dari krisis sosial-politik dan kembali pada cita-cita kemerdekaan: mewujudkan kesejahteraan, keadilan, dan persaudaraan sejati bagi seluruh rakyat. (AD)
Posting Komentar