Myanmar Kian Terpuruk! Banjir, Gempa, dan Konflik Picu Bencana Kemanusiaan Besar
Katolik Terkini - Krisis kemanusiaan yang tengah berlangsung di Myanmar semakin memburuk akibat bencana banjir besar yang melanda wilayah utara negara tersebut.
Laporan terbaru dari kantor berita Fides yang dikelola oleh Serikat Misi Kepausan Vatikan menyebutkan bahwa banjir telah memperparah penderitaan masyarakat sipil, yang sejak lama terjebak dalam konflik bersenjata dan krisis ekonomi.
Banjir ini dipicu oleh hujan lebat selama sepekan terakhir, terutama mengguyur wilayah Sagaing dan Negara Bagian Kachin.
Kedua wilayah ini juga terdampak parah oleh gempa bumi pada 28 Maret lalu yang menewaskan lebih dari 3.700 orang, merusak infrastruktur, dan membuat ribuan orang mengungsi.
Gencatan Senjata Diperpanjang, Namun Serangan Masih Terjadi
Di tengah situasi darurat ini, junta militer Myanmar mengumumkan perpanjangan gencatan senjata sementara hingga akhir Juni untuk mendukung upaya pemulihan pasca-gempa.
Beberapa kelompok bersenjata oposisi turut memperpanjang gencatan senjata mereka dalam semangat kemanusiaan.
Namun, meskipun telah diumumkan, laporan lapangan menyebutkan bahwa serangan udara dan artileri militer masih terus berlangsung di beberapa wilayah, menggagalkan harapan akan adanya jeda kekerasan yang benar-benar efektif.
PBB Sebut Situasi Myanmar Semakin "Katastropik"
Dalam laporan yang dikutip Fides, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia menyampaikan bahwa kondisi di Myanmar mengalami kemerosotan tajam.
Laporan tersebut, yang akan dipresentasikan dalam sesi Dewan HAM PBB awal Juli, menggambarkan situasi negara itu sebagai "semakin katastropik, ditandai oleh kekejaman tanpa henti yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan."
Selain kekerasan militer, runtuhnya ekonomi nasional juga menjadi faktor yang memperburuk krisis. Harga kebutuhan pokok meroket, akses terhadap layanan kesehatan menurun, dan jutaan warga kini bergantung pada bantuan kemanusiaan.
PBB Desak Komunitas Internasional Bertindak
Dalam menghadapi krisis yang kompleks ini, PBB menyerukan respons multifaset dari komunitas internasional, termasuk pengiriman bantuan kemanusiaan mendesak, bantuan lintas batas bagi pengungsi internal, serta komitmen politik yang lebih kuat untuk mendorong penyelesaian konflik dan melindungi warga sipil.
“Masyarakat internasional harus bertindak cepat dan bersatu. Myanmar sedang menghadapi salah satu bencana kemanusiaan paling kompleks di Asia Tenggara saat ini,” tegas laporan tersebut.
Dengan meningkatnya bencana alam, kekerasan bersenjata yang belum mereda, dan runtuhnya sistem ekonomi, Myanmar kini berada di ambang krisis total.
Seruan internasional semakin mendesak agar bantuan segera disalurkan dan tekanan diplomatik diperkuat demi menghentikan penderitaan jutaan warga Myanmar yang tak bersalah.(AD)
Sumber: Vatican News
Posting Komentar