Paus Agustinian Pertama: Perjalanan Robert Francis Prevost Menuju Kepemimpinan Gereja Katolik
Katolik Terkini - Pada tahun 2024, sejarah mencatatkan nama Robert Francis Prevost sebagai Paus Agustinian pertama dalam sejarah Gereja Katolik. Paus Leo XIV, yang kini memimpin Gereja, adalah Paus kedua yang berasal dari Amerika, setelah Paus Fransiskus.
Meskipun Paus Leo XIV lahir di Amerika Utara, tepatnya di Chicago, Illinois, ia telah menjalani kehidupan misionaris yang penuh dedikasi, terutama di Peru, sebelum terpilih sebagai pemimpin umat katolik untuk seluruh dunia.
Lahir dan pendidikan Paus Leo XIV
Robert Francis Prevost lahir pada 14 September 1955, di Chicago, Illinois, dari pasangan Louis Marius Prevost, keturunan Perancis dan Italia, dan Mildred Martinez, keturunan Spanyol.
Ia memiliki dua saudara laki-laki, Louis Martin dan John Joseph. Sejak kecil, Prevost menunjukkan minat yang besar dalam pendidikan dan keagamaan. Ia memulai studi di Seminari Minor Bapa Agustinus sebelum melanjutkan pendidikan di Universitas Villanova, Pennsylvania, di mana ia meraih gelar dalam Matematika dan Filsafat.
Pada 1 September 1977, Prevost memutuskan untuk masuk Ordo Santo Agustinus (OSA) dan pada 2 September 1978, ia mengucapkan kaul pertamanya.
Setelah mengucapkan kaul suci pada tahun 1981, ia melanjutkan pendidikannya di bidang teologi dan hukum kanonik di Roma. Pada 19 Juni 1982, ia ditahbiskan menjadi imam di Kolese Agustinus Santo Monica oleh Uskup Agung Jean Jadot.
Misi di Peru dan Perjalanan Keuskupannya
Prevost memiliki pengalaman misi yang sangat kuat di Peru, di mana ia mengabdi di Chulucanas dan Trujillo selama lebih dari satu dekade. Di Trujillo, ia memimpin sejumlah proyek formasi untuk calon-calon Agustinus dan juga berperan penting dalam pengajaran di seminari.
Selama bertugas di Peru, ia menjabat sebagai prior komunitas, direktur formasi, dan juga instruktur dalam berbagai bidang teologi dan hukum kanonik.
Pada 1999, ia terpilih sebagai Prior Provinsi Agustinus di Chicago dan pada tahun 2007, ia dipilih kembali sebagai Prior Jenderal Ordo Santo Agustinus.
Pada 3 November 2014, Paus Fransiskus mengangkat Prevost sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Chiclayo di Peru, yang mengangkatnya ke tingkat episkopal dengan gelar Uskup Tituler Sufar. Ia ditahbiskan sebagai Uskup pada 12 Desember 2014, pada Hari Raya Bunda Maria dari Guadalupe.
Paus Agustinian Pertama dalam Sejarah Gereja Katolik
Pada 26 September 2015, Paus Fransiskus mengangkat Prevost sebagai Uskup Chiclayo, sebuah tugas yang ia jalani hingga 2023. Selama masa kepemimpinannya, ia terlibat aktif dalam berbagai kegiatan gereja di Peru dan secara internasional, termasuk terpilih menjadi Wakil Presiden kedua Konferensi Waligereja Peru pada 2018.
Pada 2023, Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai Prefek Dikasteri untuk Uskup dan Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin, serta mempromosinya menjadi Uskup Agung.
Pada tahun yang sama, Prevost diangkat sebagai anggota berbagai Dikasteri Kepausan, termasuk Dikasteri untuk Evangelisasi dan untuk Ajaran Iman.
Peningkatan Jabatan dan Gelar Kardinal
Pada Konsistori 30 September 2024, Paus Fransiskus mengangkat Prevost sebagai Kardinal, memberikan Diakonat Santo Monica kepadanya. Prevost secara resmi mengambil kepemilikan Diakonat tersebut pada 28 Januari 2024.
Sebagai Kardinal dan kepala Dikasteri untuk Uskup, ia berpartisipasi dalam perjalanan apostolik Paus Fransiskus dan Sinode Uskup yang membahas masalah sinodalitas, yang diselenggarakan pada 2023 dan 2024.
Kontribusi dan Misi Gereja Katolik di Dunia
Paus Leo XIV, yang dikenal dengan moto episkopalnya "In Illo uno unum" (Dalam Kristus yang satu, kita satu), melanjutkan misi Gereja Katolik di seluruh dunia dengan komitmen kuat untuk memperdalam dialog antaragama dan mendukung perkembangan gereja-gereja lokal di berbagai benua.
Ia juga terlibat dalam beberapa reformasi gereja yang menekankan pentingnya kesatuan dan keberagaman dalam komunitas umat Kristiani.
Paus Leo XIV dijadwalkan untuk terus berperan aktif dalam berbagai misi Gereja di masa depan, serta menjadi inspirasi bagi banyak orang Kristen di seluruh dunia, terutama yang berasal dari Amerika, dengan membuktikan bahwa pemimpin Gereja Katolik bisa datang dari berbagai latar belakang dan budaya.(AD)
Sumber : Vatican News
Posting Komentar