Caritas Indonesia dan Keuskupan Pangkalpinang Bangun BLK untuk Pekerja Migran di Batam
Katolik Terkini - Ketua Badan Pengurus Yayasan Karina KWI, Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, melakukan peletakan batu pertama pembangunan Balai Latihan Kerja (BLK) dan Pusat Informasi Migran di Shelter St. Theresia, Batam, pada Minggu (18/5/2025).
Pembangunan BLK dan pusat informasi ini merupakan hasil kerja sama antara Caritas Indonesia dan Komisi Keadilan Perdamaian Pastoral Migran dan Perantau (KKP-PMP) Keuskupan Pangkalpinang.
Fasilitas BLK dan pusat informasi migran ini dibangun di kompleks yang sama dengan Shelter Migran St. Theresia, Batam. Ke depan, tempat ini akan menjadi pusat informasi dan pelatihan kerja bagi para pekerja migran serta mereka yang sedang mempersiapkan diri untuk bekerja di luar negeri.
Inisiatif ini dilandasi oleh semangat kemanusiaan dan kepedulian terhadap korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Mgr. Sudarso menyampaikan harapannya agar BLK dan pusat informasi ini menjadi “rumah” bagi para pekerja migran—tempat di mana siapa pun bisa datang dan merasa diterima sebagai keluarga.
Menurutnya, pembangunan ini merupakan bentuk nyata perhatian Gereja Katolik terhadap isu migran dan perlindungan kemanusiaan, sejalan dengan pesan Paus Fransiskus.
“Seperti pesan Paus Fransiskus, siapa saja yang berjumpa dengan para migran, sama halnya berjumpa dengan Yesus,” tegas Mgr. Sudarso.
Selama ini, Gereja Katolik telah aktif dalam advokasi terhadap TPPO serta pelayanan melalui shelter. BLK dan pusat informasi ini menjadi bentuk konkret kehadiran Gereja yang berjalan bersama para pekerja migran.
Direktur Caritas Indonesia, Romo Fredy Rante Taruk, Pr, menambahkan bahwa fasilitas ini akan menyediakan layanan informasi migran serta pelatihan keterampilan kerja. Ia menyoroti bahwa masih banyak calon pekerja migran dari Indonesia yang minim keterampilan dan kurang informasi seputar pekerjaan di luar negeri.
“Tempat ini akan menjadi pusat informasi dan edukasi bagi pekerja migran, sekaligus pusat pelatihan yang mempersiapkan mereka agar memiliki keterampilan memadai untuk bekerja di luar negeri,” jelas Romo Fredy.
Dalam pengelolaannya, BLK dan pusat informasi migran ini akan bekerja sama dengan mitra kemanusiaan dan lembaga pemerintah. Romo Fredy berharap, tempat ini menjadi ruang yang aman, nyaman, dan bermartabat bagi para migran.
“Ini adalah wujud nyata pelayanan Gereja kepada saudara-saudari kita pekerja migran. Di sini mereka akan mendapatkan pelayanan yang hangat dan penuh kasih,” lanjutnya.
Ketua Komisi KKP-PMP Keuskupan Pangkalpinang, Romo Chrisanctus Paschalis Saturnus, menegaskan bahwa fasilitas di Shelter Migran St. Theresia ini terbuka bagi seluruh pekerja migran, tanpa terkecuali.
Ia menekankan pentingnya sinergi lintas lembaga, termasuk aparat penegak hukum dan pemerintah daerah, dalam mendukung pelayanan ini.
Romo Paschal juga menyoroti persoalan kompetensi dan minimnya informasi yang dimiliki calon pekerja migran. Kurangnya informasi seringkali membuat para pekerja menjadi korban TPPO, dengan janji kerja yang tidak sesuai realitas ketika sampai di negara tujuan.
“Pelayanan dan pendampingan di BLK dan pusat informasi ini diharapkan dapat membekali para pekerja migran dengan informasi yang cukup sebelum berangkat ke luar negeri,” ungkapnya.
Pendirian BLK dan Pusat Informasi Migran di Shelter St. Theresia mencerminkan komitmen Caritas Indonesia dan Komisi KKP-PMP Keuskupan Pangkalpinang dalam pelayanan terhadap pekerja migran dan korban TPPO.
Pelayanan ini dilandasi oleh penghargaan terhadap martabat manusia sebagai fondasi utama bagi perdamaian.
Pembangunan ini juga akan memperkuat fungsi Shelter St. Theresia yang selama ini telah aktif dalam pelayanan migran di wilayah Batam—wilayah yang sangat strategis mengingat posisinya yang dekat dengan Malaysia dan Singapura.
Dalam laporan Kompas, sejak Mei 2022, setidaknya 200 pekerja migran diberangkatkan secara ilegal setiap hari dari Pelabuhan Feri Internasional Batam Centre menuju Tanjung Pengelih, Malaysia.
Batam menjadi kota transit utama sindikat perdagangan manusia, melibatkan jaringan luas dari berbagai tingkatan, mulai dari swasta hingga aparat pemerintah.
Peletakan batu pertama pembangunan BLK dan Pusat Informasi ini dihadiri oleh berbagai pihak, antara lain Brigjen Pol. Dr. Anom Wibowo, S.I.K., M.Si (Wakapolda Kepulauan Riau); Bonar Panjaitan (Kabinda Kepri); serta Rm. Agustinus Dwi Pramodo (Vikep Kategorial Keuskupan Pangkalpinang).
Hadir pula perwakilan dari sejumlah tarekat, yaitu Kongregasi Suster RGS, SSCC, JMJ, FSE, dan FCH, serta perwakilan Bank Indonesia, Jaringan Safe Migran Batam, Tim KKP-PMP Keuskupan Pangkalpinang, dan umat setempat. (Caritas Indonesia)
Posting Komentar