Paus Fransiskus Telah Tiada Tapi Teladan Kesederhanaannya akan Kekal
Katolik Terkini - Senin pagi, 22 April 2025 waktu Italia, dunia dikejutkan oleh kabar duka, Paus Fransiskus wafat dalam usia 88 tahun akibat penyakit pneumonia ganda yang dideritanya. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik di seluruh dunia.
Sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik dan juga Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus memiliki peran penting dalam mendorong perdamaian dunia. Bahkan, sehari sebelum wafat, beliau masih sempat menyerukan gencatan senjata di Gaza, sebuah pesan terakhir yang mencerminkan komitmennya terhadap kemanusiaan.
Pemimpin yang Sederhana
Paus Fransiskus dikenal luas sebagai sosok pemimpin yang sederhana dan rendah hati. Kesederhanaannya tercermin dalam gaya hidupnya yang jauh dari kemewahan protokoler. Ia tidak menggunakan atribut kepausan yang mewah. Sepatu kulit hitamnya yang sudah usang dan salib sederhana yang bukan dari emas menjadi simbol hidupnya yang bersahaja.
Sejak terpilih menjadi Paus pada tahun 2013, beliau memilih tinggal di Wisma Santa Marta, bukan di Istana Kepausan. Pilihan simbolik ini mencerminkan keberpihakannya kepada kaum miskin dan sederhana, sebuah sikap yang konsisten beliau tunjukkan sepanjang hidup.
Kepergiannya juga meninggalkan kesan mendalam bagi umat Katolik di Indonesia. Pada kunjungannya ke Indonesia, 3–6 September 2024, Paus Fransiskus menggunakan pesawat komersial dan mobil sederhana selama di Jakarta. Bahkan, beliau duduk di samping sopir dengan kaca mobil terbuka, menyapa umat dengan cara yang sangat membumi.
Teladan kesederhanaan Paus Fransiskus tidak hanya disampaikan lewat kata-kata, tapi diwujudkan secara nyata dalam tindakan sehari-hari. Di tengah gaya hidup glamor yang sering ditampilkan oleh pemimpin dunia, beliau memilih hidup sederhana yang menggugah hati banyak orang.
Saya pribadi merenungkan, apa yang membuat Paus Fransiskus begitu bahagia, hidup dalam kemiskinan dan kesederhanaan radikal?
Jawaban yang saya temukan adalah Paus Fransiskus sungguh telah mengalami kehadiran Allah dalam hidupnya. Pilihan hidup yang radikal ini hanya bisa diambil oleh mereka yang telah selesai dengan diri sendiri, yang hidupnya sepenuhnya dipersembahkan bagi orang lain.
Dan kekuatan seperti itu hanya bisa datang dari belas kasih Allah. Ia telah menggenapi ajaran Kristus dalam Matius 16:24–27, yaitu "menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti Aku."
Seorang Pelayan Sejati
Lebih dari sekadar pemimpin, Paus Fransiskus adalah pelayan umat. Meski memiliki kekuasaan besar sebagai Paus, beliau tetap memposisikan diri sebagai pelayan, bukan penguasa. Ia hidup dalam kemiskinan dan memilih merayakan ulang tahun bersama kaum miskin.
Pada perayaan Kamis Putih, Paus Fransiskus membasuh kaki para tahanan, sebuah tindakan simbolis yang kuat akan kerendahan hati dan pelayanan sejati. Beliau mengajarkan bahwa kekuasaan bukan untuk kemegahan diri, melainkan untuk melayani sesama.
Kepemimpinannya yang melayani membuka mata para pemimpin dunia. Kesaksian yang datang dari seluruh penjuru dunia memperkuat pandangan bahwa beliau adalah pribadi yang sederhana, murah hati, rendah hati, dan cinta damai. Bahkan, di akhir hidupnya, beliau masih menyuarakan pesan perdamaian.
Warisan Kesederhanaan yang Abadi
Sesuai wasiatnya, Paus Fransiskus akan dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore. Ia memilih dikuburkan langsung di tanah, tanpa hiasan mewah. Warisan kesederhanaan ini menjadi jejak abadi yang menginspirasi generasi masa kini dan mendatang.
Selamat jalan, Bapa Paus. Kesederhanaan dan keteladananmu akan menjadi terang dalam ziarah hidup kami di dunia ini.
Oleh: Ervino Hebri Handoko, S. Fil
Posting Komentar