Geng Bersenjata Kuasai Kota, 2 Biarawati Dibunuh, 530 Narapidana Dibebaskan
Katolik Terkini - Dua biarawati Katolik dari Kongregasi Suster-Suster Kecil Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus dibunuh secara tragis oleh geng bersenjata di kota Mirebalais, Haiti.
Korban adalah Suster Evanette Onezaire dan Suster Jeanne Voltaire, yang saat itu tengah menjalankan misi pelayanan.
Peristiwa tragis ini terjadi di tengah gelombang kekerasan bersenjata yang semakin merajalela di Haiti, memaksa ribuan warga sipil dan tokoh agama melarikan diri demi keselamatan.
Geng Bersenjata Kuasai Mirebalais dan Bebaskan Ratusan Narapidana
Mirebalais, yang terletak sekitar 48 kilometer dari ibu kota Port-au-Prince, kini dinyatakan berada di bawah kendali geng kriminal. Menurut laporan dari pengacara HAM Arnel Remy, para geng juga mengambil alih penjara utama kota tersebut dan membebaskan lebih dari 530 narapidana.
Selain itu, serangan juga dilaporkan terjadi di kota Saut-d’Eau, lokasi ziarah tahunan Vodou-Katolik yang biasa menarik ribuan peziarah. Ketegangan dan rasa takut menyelimuti seluruh wilayah tengah Haiti, termasuk wilayah pedalaman yang sebelumnya relatif aman.
Gereja Katolik Terpaksa Tutup Puluhan Paroki, Imam dan Biarawan Melarikan Diri
Uskup Agung Port-au-Prince, Mgr. Max Leroy Mesidor, menyampaikan dalam pernyataan kepada Aid to the Church in Need (ACN) bahwa 28 paroki di keuskupan agung telah ditutup, dan sekitar 40 paroki lainnya hanya beroperasi secara terbatas karena dikuasai geng.
“Para imam telah dipaksa melarikan diri, mencari perlindungan ke rumah keluarga atau sesama klerus. Gereja dalam keadaan krisis,” ujar Uskup Agung Mesidor.
Komunitas religius, termasuk para suster lanjut usia dan sakit, terpaksa dievakuasi secara diam-diam di malam hari. Banyak sekolah dan panti asuhan yang ditutup karena tidak lagi aman.
Menurut Marco Mencaglia, Direktur Proyek ACN, kematian Suster Evanette dan Jeanne merupakan "konfirmasi menyedihkan" dari penderitaan Gereja Haiti saat ini.
“Kami menyerukan dukungan nyata dan doa dari seluruh umat Katolik dunia. Gereja di Haiti memang menderita, tetapi tidak kehilangan iman,” katanya dalam pernyataan resmi.
Uskup Agung Mesidor menyebut masa Prapaskah tahun ini sebagai Jalan Salib yang nyata. Ia menutup pesannya dengan seruan penuh harapan.
“Haiti sedang terbakar dan membutuhkan bantuan mendesak. Siapakah yang akan datang menolong kami?”
Krisis Kemanusiaan dan Keamanan di Haiti: Rakyat Terjebak di Tengah Kekerasan
Kekerasan yang berlangsung terus-menerus di Haiti tidak hanya merenggut nyawa para pemuka agama, tetapi juga menyebabkan bencana kemanusiaan.
Menurut laporan Integrated Food Security Phase Classification, sekitar 5,4 juta warga Haiti mengalami kerawanan pangan akut, dengan 6.000 orang berada dalam kondisi kelaparan ekstrem.
Kondisi ini diperparah oleh ketidakstabilan politik, bencana alam, intervensi asing, dan krisis utang internasional yang sudah lama membayangi negeri Karibia tersebut.
Aid to the Church in Need menyerukan kepada komunitas internasional agar tidak meninggalkan Gereja dan rakyat Haiti di tengah penderitaan luar biasa ini.
Solidaritas, dukungan kemanusiaan, dan doa sangat dibutuhkan untuk memulihkan kehidupan dan keimanan umat di tengah konflik bersenjata yang kian brutal.(AD)
Posting Komentar