"Aku Merasa Disetrum": Kisah Perempuan Lebanon yang Bertobat Setelah Menyentuh Rosario
Katolik Terkini - Sebuah kisah pertobatan yang inspiratif datang dari Lebanon. Iman Hijaze, wanita asal Douris, Lebanon, mengalami perubahan hidup dramatis setelah secara tidak sengaja menyentuh rosario milik rekannya yang Kristen di kantor Program Pangan Dunia (World Food Program) di pusat kota Beirut, tahun 2017.
Saat itu, rosario milik Alex Imad, seorang mantan Muslim Syiah yang telah menjadi Katolik, jatuh di lantai. Ketika Hijaze menyentuh rosario tersebut, ia mengaku merasakan semacam ada arus listrik mengalir ke tubuhnya. Momen itu menjadi awal dari perjalanan imannya yang panjang dan penuh tantangan.
Alih-alih mengembalikan rosario, Hijaze menyimpannya. Saat Alex mengetahui hal tersebut lewat kamera keamanan, ia justru memeluk Hijaze dan membuat tanda salib di punggungnya.
"Saya merasakan sensasi listrik lagi. Itu pertama kalinya saya benar-benar merasakan sesuatu yang religius," ungkap Hijaze, mengutip Catholic News Agency.
Dari Ateis ke Pencari Tuhan
Hijaze dibesarkan di keluarga Syiah yang konservatif di Lebanon selatan, namun ia mengaku telah lama menjadi ateis dan bahkan kerap mengejek orang beriman.
Perubahan pandangan mulai terjadi setelah pertemuannya dengan Alex. Ia mulai tertarik untuk mengetahui bagaimana umat Kristen berdoa, dan menerima tiga buku dari Alex; Alkitab, Al-Qur’an, dan panduan doa Rosario.
"Saya tak membuka Al-Qur’an karena saya sudah tahu isinya. Tapi saat membaca buku Rosario, rasanya seperti masuk ke dunia lain," kata Hijaze.
Ketertarikannya semakin besar hingga ia diperkenalkan kepada Pastor Fransiskus, seorang imam Katolik yang menjadi pembimbing rohaninya. Namun, perjalanan rohani Hijaze tidak mulus. Ia mengalami mimpi-mimpi buruk, termasuk diserang oleh sosok setan dalam tidurnya.
“Saya tak bisa tidur. Saya bilang ke pastor, saya tak mau berdoa lagi. Ini semua menghancurkan hidup saya,” ujarnya.
Namun Pastor Fransiskus tetap mendampinginya dan terus mendoakan doa-doa pengusiran setan setiap hari
Tiga Tahun Penuh Tantangan dan Akhirnya Dibaptis
Tak hanya gangguan iman, Hijaze juga menghadapi tekanan dari keluarga. Ketika keluarganya mengetahui ia membaca Alkitab dan ingin pindah agama, Hijaze mengalami penolakan. Ia bertahan selama tiga tahun di tengah penderitaan batin dan sosial.
Akhirnya, pada awal 2021, Hijaze dibaptis di Kuil Bunda Maria di Harissa dan memilih nama Kristen “Rita”, untuk menghormati Santa Rita dari Cascia.
“Setelah dibaptis, mimpi buruk saya berhenti. Tapi iblis mencoba cara lain, lewat orang-orang di sekitar saya,” ujarnya.
Penolakan keras datang dari ibunya, Hadidza. Namun malam itu, sang ibu bermimpi melihat sosok tinggi berjubah dan mahkota emas yang diyakininya sebagai Yesus. Tak lama setelah itu, ia juga bermimpi melihat Bunda Maria. Sejak itu, Hadidza berhenti menentang keputusan putrinya.
Perang dan Pengungsian
Kisah Hijaze semakin dramatis ketika perang pecah di Lebanon pada September 2024. Kota asalnya, Douris, menjadi target serangan udara Israel. Rumahnya hancur, dan ia serta ibunya harus mengungsi dari satu sekolah ke sekolah lain, hidup di pengungsian dengan kondisi minim.
Beruntung, mereka diselamatkan oleh ibu baptis Hijaze dan dipindahkan ke Rumah Santo Yosef di Harissa, sebuah biara Katolik yang kini dialihfungsikan sebagai pusat retret oleh pasangan Kristen Lebanon-Amerika, Doud dan Kate Tayeh.
“Kami sempat takut. Tapi kehilangan terbesar adalah jika kami kehilangan kemanusiaan. Kami tak akan biarkan itu terjadi,” kata Kate.
Hijaze kini tinggal di tempat tersebut bersama ibunya dan saudarinya yang juga mengungsi dari serangan. Ia terus mengenakan rosario yang diberikan oleh Doud dan menggantungkan harapan pada masa depan yang lebih damai dan stabil.
“Saya hanya ingin hidup dengan damai dan bebas beriman,” ujarnya sambil meminta dukungan doa dari siapa pun yang membaca kisahnya.(AD)
Sumber: Catholic News Agency
Posting Komentar