Telaah atas Buku Filosofi Cinta: Rahasia Menikmati Keindahan Hidup - Karya Dhimas Anugrah (PT Kanisius, 2025)
Katolik Terkini - Cinta sering digambarkan sebagai sesuatu yang lembut, personal, dan intim. Namun, dalam buku terbarunya "Filosofi Cinta: Rahasia Menikmati Keindahan Hidup," Dhimas Anugrah menghadirkan cinta bukan sekadar perasaan melankolis, melainkan sebagai struktur dasar eksistensi manusia.
Dengan pendekatan filosofis, ilmiah, dan spiritual, buku ini mengajak pembaca menyelami cinta sebagai cara manusia mengada, bergerak, dan memahami dunia.
Cinta Sebagai Struktur Eksistensial
Dalam pengantarnya, Dhimas menegaskan bahwa cinta tidak hanya hadir dalam hubungan personal, tetapi merupakan realitas ontologis yang membentuk arah hidup manusia. Melalui kacamata fenomenologi, ia menjelaskan bahwa cinta adalah "cara berada di dunia," sebuah keterbukaan terhadap yang lain yang memungkinkan relasi autentik muncul. Dengan demikian, cinta bukan sekadar emosi, tetapi kondisi keberadaan.
Menariknya, Dhimas mendorong pembaca untuk menafsirkan kembali gagasan Heideggerian tentang Sein zum Tode (Berada Menuju Kematian). Ia menawarkan alternatif melalui konsep Sein zum Lieben (Berada Menuju Cinta), yang memandang manusia bukan hanya sebagai makhluk yang berjalan menuju kefanaan, tetapi sebagai entitas yang diarahkan pada relasi, kehangatan, dan keterhubungan.
Menurutnya, pengalaman mencintai dan dicintai bukan hanya bagian dari kehidupan, melainkan kerangka yang membentuk kehidupan itu sendiri.
Percakapan Antara Sains dan Spiritualitas
Dhimas juga membawa cinta ke ranah ilmiah. Ia menelusuri bagaimana neurosains dan kognisi berperan dalam pengalaman mencintai. Namun, alih-alih mereduksi cinta menjadi sekadar respons neurokimia, ia mempertanyakan apakah ada sesuatu yang melampaui mekanisme biologis itu.
Dari sini muncul gagasan yang disebutnya sebagai “Neuropistis,” usaha menjembatani iman dan realitas biologis.
Menurutnya, di tengah dunia yang semakin menekankan efisiensi dan rasionalitas, cinta sering direduksi menjadi transaksi atau proses psiko-biologis. Padahal, cinta tetap menyimpan ruang misteri yang sekaligus manusiawi dan transenden.
Buku ini pada intinya mengajak pembaca untuk melihat cinta bukan hanya sebagai pengalaman emosional, melainkan sebagai kekuatan yang membentuk, mengarahkan, dan membebaskan manusia. Cinta hadir dalam ketegangan antara romantika, etika, filsafat, spiritualitas, dan refleksi atas diri. Karena itu, membaca buku ini terasa seperti mengikuti sebuah ziarah intelektual, sederhana dalam penyampaian, tetapi kaya dalam gagasan.
Apresiasi Para Tokoh
Buku ini mendapat sambutan positif dari para intelektual dan tokoh publik. Pertama dari F. Budi Hardiman, Guru Besar Filsafat Universitas Pelita Harapan, menilai buku ini menggali fenomena cinta dari sisi-sisi yang jarang disadari.
Menurutnya, ketika mencintai dengan tulus, manusia tidak sekadar merasakan cinta, tetapi juga digerakkan dan dibentuk olehnya. Renungan Dhimas, katanya, membantu pembaca menghayati cinta secara lebih dalam dan bermakna.
Kedua, Jessica Layantara, sahabat penulis, menyoroti kemampuan Dhimas menggabungkan kedalaman filosofis dengan sentuhan praktis yang membumi.
Baginya, Filosofi Cinta adalah perjalanan panjang yang menghubungkan filsafat, psikologi, dan spiritualitas. Ia menyebut buku ini sebagai undangan untuk merenungkan cinta kepada sesama, semesta, dan Sang Pemberi Cinta.
Ketiga, P. Tri Agung Kristanto, Wakil Pimpinan Umum Harian Kompas, melihat buku ini sebagai pengingat bahwa pada akhirnya manusia hanya membutuhkan dua cinta: cinta kepada Tuhan dan cinta kepada sesama.
Keempat, Romo Franz Magnis-Suseno, SJ, guru besar emeritus STF Driyarkara, menegaskan bahwa kompleksitas cinta menjadi alasan utama Dhimas menulis buku ini. Menurutnya, Dhimas berhasil menguraikan berbagai dimensi cinta; psikologis, neurosains, filosofis, epistemologis, hermeneutik, etis, hingga teologis.
Romo Magnis menutup apresiasinya dengan rekomendasi: siapa pun yang ingin memahami cinta sebagai unsur sentral eksistensi manusia akan mendapatkan manfaat besar dari membaca buku ini.
Filosofi Cinta adalah sebuah upaya ambisius namun bersahabat untuk memahami cinta dalam seluruh kompleksitasnya. Buku ini cocok bagi pembaca yang ingin melihat cinta lebih dari sekadar rasa: sebagai prinsip hidup, sebagai fondasi etika, sebagai struktur eksistensial, dan sebagai jalan spiritual.
Dengan bahasa yang mengalir namun sarat refleksi, Dhimas Anugrah mengajak kita menelusuri cinta sebagai misteri yang membentuk hidup. Sebuah bacaan yang tidak hanya memperluas wawasan, tetapi juga menghangatkan keberadaan.
Oleh: Albertus Dino

Posting Komentar