Sinergi Keuskupan Labuan Bajo dan Pemkab Manggarai Barat Bangun Desa Ekspor Sayur Organik
Katolik Terkini - Uskup Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus, bersama Wakil Bupati Manggarai Barat, Yulianus Weng, menghadiri panen perdana sayur organik di Marombok, Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo, Sabtu (9/8/2025).
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Keuskupan Labuan Bajo, Yayasan Mitra Organik, dan Program Desa Sejahtera Astra.
Panen ini menjadi tonggak awal bagi pengembangan pertanian organik bersertifikat internasional di Manggarai Barat, yang tidak hanya menyasar pasar lokal, tetapi juga berorientasi pada ekspor.
Sayur Organik untuk Pariwisata dan Masyarakat Lokal
Dalam sambutannya, Vikaris Episkopal Labuan Bajo, Romo Yuvensius Rugi, Pr.S.Fil, menegaskan bahwa Labuan Bajo sebagai destinasi wisata super prioritas memiliki permintaan tinggi akan pasokan makanan segar, khususnya sayuran, baik untuk restoran, hotel, maupun kebutuhan masyarakat lokal.
“Selama ini sebagian besar sayuran masih didatangkan dari Ruteng atau luar NTT. Dengan produksi lokal yang memadai, kita bisa menjaga ketersediaan bahan baku, menekan harga, dan meningkatkan perekonomian petani,” ujarnya.
Melalui kerja sama dengan Program Desa Sejahtera Astra, Keuskupan Labuan Bajo mendorong petani lokal untuk meningkatkan produktivitas hortikultura di lahan seluas 1,5 hektare. Targetnya adalah mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah sekaligus membuka peluang ekspor.
Program Desa Ekspor dan Standarisasi Internasional
Ketua Yayasan Mitra Organik, John Tomiwa, menjelaskan bahwa pihaknya ditunjuk Astra untuk membina petani di Manggarai Barat agar dapat bersertifikat organik dengan standar Amerika, Eropa, dan Jepang.
“Saat ini kami mengembangkan lima desa, termasuk Loha, Repi, dan Golo Bilas. Harapannya, desa-desa ini menjadi percontohan dan mampu mengekspor produk hortikultura langsung dari Labuan Bajo,” ungkapnya.
Selain menanam sayur organik, akan dibangun empat greenhouse berbasis smart farming agar petani dapat memanfaatkan teknologi modern. Lokasi panen ini juga direncanakan menjadi showcase bagi wisatawan untuk melihat langsung proses budidaya hingga pengolahan produk turunan.
Dukungan Pemerintah Daerah
Wakil Bupati Manggarai Barat, Yulianus Weng, menyampaikan dukungan penuh terhadap program ini, apalagi sejalan dengan prioritas pemerintah pusat dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Kenapa harus impor dari luar, padahal Manggarai Barat punya potensi besar. Ini bisa membantu masyarakat, menciptakan lapangan kerja, dan menjaga ketahanan pangan lokal,” tegasnya.
Saat ini pemerintah daerah tengah menyiapkan tiga dapur produksi di Waemata, Golo Koe, dan Mbrata, masing-masing untuk melayani 3.000 anak dalam program MBG.
Kolaborasi antara Gereja, pemerintah, dan sektor swasta ini diharapkan menjadi model pembangunan ekonomi berkelanjutan di Manggarai Barat.
Dengan produksi sayur organik lokal yang berkualitas ekspor, Labuan Bajo tidak hanya dikenal karena pariwisatanya, tetapi juga sebagai pusat pertanian organik yang mampu bersaing di pasar global.(AD)
Sumber: Komsos Keuskupan Labuan Bajo
Posting Komentar