Di Seminar Nasional OFM, Menteri Kehutanan Ungkap 5 Jurus Selamatkan Hutan
Katolik Terkini - Menteri Kehutanan Indonesia, Raja Juli Antoni, Ph.D., melalui Mikhail Gorbachev Dom, Tenaga Ahli Menteri Bidang Konservasi Sumber Daya Alam, menyampaikan keynote speech dalam Seminar Nasional bertema "Iman, Kebijakan Publik, dan Keadilan Ekologis: Refleksi Kebangsaan 80 Tahun Kemerdekaan" di Ballroom Vinsensius Putra, Jakarta Pusat, Sabtu (9/8/2025).
Acara ini diselenggarakan dalam rangka peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, sekaligus memperingati 800 tahun Kidung Saudara Matahari karya Santo Fransiskus dari Asisi dan 10 tahun Ensiklik Laudato Si'.
Momentum ini menjadi ajakan untuk merenungkan kembali cita-cita Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia sebagaimana tertuang dalam sila kelima Pancasila.
Fokus pada Krisis Ekologi dan Tata Kelola Hutan
Dalam pidatonya, Menteri Kehutanan menegaskan bahwa krisis ekologi yang terjadi saat ini bukan hanya persoalan lingkungan, tetapi juga mencakup dimensi politik, sosial, budaya, dan spiritual.
"Visi kami adalah memastikan tata kelola kehutanan yang menyeimbangkan pelestarian hutan, pembangunan berkelanjutan, dan kesejahteraan masyarakat. Tiga komponen ini tidak boleh saling bertentangan, melainkan saling menguatkan," ujarnya.
Untuk mewujudkan hal itu, ia memaparkan lima program prioritas strategis Kementerian Kehutanan. Pertama, Digitalisasi Layanan Kehutanan — Modernisasi sistem agar masyarakat mudah mengakses data dan perizinan secara transparan dan akuntabel. Kedua, Penguasaan Hutan yang Berkeadilan — Memberikan akses legal kepada masyarakat hukum adat dan lokal melalui percepatan penetapan hutan adat dan perhutanan sosial.
Ketiga, Pemanfaatan Hutan untuk Swasembada Pangan — Menerapkan agroforestry dengan menanam tanaman pangan seperti kopi, kakao, dan aren di sela tanaman hutan. Keempat, Perlindungan Hutan sebagai Paru-Paru Dunia — Melindungi keanekaragaman hayati, memulihkan lahan kritis, dan mengendalikan deforestasi, seperti upaya mengembalikan habitat gajah Sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo.
Dan kelima, Kebijakan Satu Peta Kehutanan — Menyediakan data dasar untuk mencegah tumpang tindih lahan dan konflik tenurial.
Kolaborasi Multi Pihak dan Dimensi Spiritual
Menteri Kehutanan menegaskan bahwa keberhasilan tata kelola hutan tidak mungkin dicapai pemerintah sendiri. Dibutuhkan kolaborasi lintas sektor, keterlibatan akademisi, LSM, serta masyarakat.
Ia juga menyoroti peran iman dan spiritualitas dalam kebijakan publik. Gereja Katolik, dengan ajaran Laudato Si' dari Paus Fransiskus, dinilai memiliki kontribusi penting dalam memperjuangkan keadilan ekologis — sebuah konsep keadilan yang mempertimbangkan relasi manusia dengan seluruh ciptaan.
Menjelang peringatan kemerdekaan, ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk memperkuat komitmen menjaga bumi sebagai rumah bersama.
"Kita perlu membangun kesadaran kolektif untuk berpihak pada lingkungan hidup dan kaum marginal. Dengan mempertemukan iman, kebijakan, dan perjuangan bersama, kita dapat menemukan arah baru bagi tata kelola bumi Indonesia yang adil dan berkelanjutan," pungkasnya.(AD)
Posting Komentar