Kisah Kardinal Tagle tentang Paus Leo XIV dan Konklaf 2025
Katolik Terkini - Satu minggu setelah terpilihnya Paus Leo XIV sebagai pemimpin baru Gereja Katolik, Kardinal Luis Antonio Tagle berbagi kisah spiritual dan personal dalam sebuah wawancara eksklusif bersama Vatican News.
Kardinal Tagle, yang duduk berdampingan dengan Kardinal Robert Prevost di Kapel Sistina saat konklaf, mengungkap karakter pribadi Paus baru dan menggambarkan konklaf sebagai momen penuh doa dan persatuan.
Paus Leo XIV: Pendengar yang Bijak dan Rendah Hati
Menurut Kardinal Tagle, Paus Leo XIV adalah sosok yang penuh ketenangan dan kedalaman spiritual.
“Beliau memiliki kapasitas mendalam untuk mendengarkan dan refleksi sebelum mengambil keputusan,” ujarnya.
Meski sangat terpelajar dan berbudaya luas, Paus Leo dikenal rendah hati dan tidak suka menonjolkan diri. Latar belakangnya sebagai Prior Jenderal Ordo Santo Agustinus memperkaya semangat pastoral dan misionernya.
Konklaf 2025: Pengalaman Liturgis yang Penuh Doa
Konklaf tahun 2025, yang berlangsung hanya dua hari, disebut Kardinal Tagle sebagai pengalaman spiritual yang tak tergantikan. Berbeda dengan konklaf 2013, yang diadakan saat Paus Benediktus XVI masih hidup, konklaf tahun ini berlangsung setelah wafatnya Paus Fransiskus.
“Konklaf bukan hanya pemungutan suara, tapi peristiwa liturgis—ruang untuk mendengar Roh Kudus dan jeritan dunia,” ujar Kardinal Tagle.
Ia menambahkan, saat suara mayoritas dua pertiga dicapai untuk Kardinal Prevost, suasana menjadi khidmat.
“Tepuk tangan meriah terdengar, tapi itu juga momen intim antara Yesus dan Petrus,” katanya dengan penuh haru.
Dua Paus dari Ordo Besar: Dari Jesuit ke Agustinian
Setelah dipimpin oleh Paus Fransiskus yang berasal dari Serikat Yesus (Jesuit), kini Gereja Katolik memiliki Paus dari Ordo Agustinus.
Menurut Kardinal Tagle, baik Santo Ignatius maupun Santo Agustinus memiliki perjalanan rohani serupa. Keduanya pernah menjalani hidup duniawi dan akhirnya menemukan makna sejati dalam Kristus.
“Keduanya adalah harta Gereja,” tambahnya.
Kardinal Robert Prevost, yang kini menjadi Paus Leo XIV, dikenal sebagai uskup misionaris dengan akar di Amerika Serikat dan pengalaman pastoral yang mendalam di Peru. Banyak yang menyebutnya sebagai “Paus dari dua dunia.”
Menurut Kardinal Tagle, latar belakang multibudaya ini menjadi kekuatan yang akan memperkaya pelayanan Petrus.
“Umat Asia mencintai Paus sebagai Paus, bukan karena asal negaranya,” jelas Kardinal Tagle.
Kardinal Tagle dan Isu “Papabile”: Saya Tidak Ingin Jadi Pusat Perhatian
Saat ditanya soal banyaknya dukungan yang mengarah kepadanya selama konklaf, Kardinal Tagle mengakui bahwa perhatian itu terasa mengganggu.
“Saya lebih suka tidak menjadi pusat perhatian. Saya mencoba tetap fokus pada kehendak Allah,” katanya.
Ia menekankan bahwa konklaf bukan kompetisi politik.
“Tidak ada pemenang atau pecundang. Kita hanya mencari yang terbaik bagi Gereja universal.”
Warisan Paus Fransiskus: Kemanusiaan yang Menyentuh Dunia
Menjelang satu bulan wafatnya Paus Fransiskus, Kardinal Tagle menyebut “kemanusiaan” sebagai warisan terbesar sang Paus.
“Jika Anda punya kisah pribadi tentang beliau, ceritakanlah. Dunia ini perlu belajar kembali menjadi manusia yang otentik,” ucap Kardinal Tagle.
Dengan kesederhanaannya, Paus Fransiskus telah menunjukkan wajah Allah yang penuh kasih dalam wujud manusia.
Kepemimpinan Paus Leo XIV yang menggabungkan semangat Agustinian, pengalaman misi lintas budaya, serta kebijaksanaan spiritual, diyakini akan membawa arah baru bagi Gereja Katolik.
Diperkuat dengan warisan kemanusiaan Paus Fransiskus, Gereja kini memasuki babak baru dengan harapan yang besar. (AD)
Posting Komentar