Orang Muda Lintas Iman Nyatakan Sikap Bersama untuk Selamatkan Bumi dan Kemanusiaan
Katolik Terkini - Sekitar 300 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dan latar belakang agama menyatakan sikap bersama dalam menghadapi krisis lingkungan hidup dan kemanusiaan, dalam sebuah dialog lintas iman yang diadakan oleh Ordo Fratrum Minorum (OFM) Provinsi St. Mikael Malaikat Agung Indonesia.
Kegiatan ini berlangsung di Ballroom Vincentius Putra, Jakarta, pada Sabtu (24/5/2025), dalam rangka memperingati 800 tahun Kidung Segenap Ciptaan dan 10 tahun ensiklik 'Laudato Si'.
Dengan tema “Orang Muda Lintas Iman Mendengarkan dan Menanggapi Jeritan Bumi serta Jeritan Orang Miskin,” acara ini menjadi momentum reflektif sekaligus aksi nyata dari orang muda lintas agama untuk memperjuangkan keadilan ekologis dan martabat manusia.
Setelah sesi berbagi pengalaman dan penampilan kreatif mahasiswa, acara ditutup dengan pembacaan Pernyataan Sikap Bersama oleh perwakilan enam agama.
Renaldo, mewakili pemuda dari agama Khonghucu, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas iman.
"Krisis lingkungan hidup dan krisis kemanusiaan merupakan persoalan global. Untuk mengurai persoalan tersebut, kami berkomitmen bergandengan tangan secara berkelanjutan demi memastikan lingkungan hidup yang lestari dan penghormatan terhadap martabat manusia," ujarnya.
Sementara itu, Shevina dari komunitas Buddha menyoroti pentingnya kesadaran publik.
"Kami akan mempromosikan secara terus menerus di tengah masyarakat dan media sosial mengenai pentingnya merawat lingkungan hidup serta menjunjung tinggi martabat manusia," tegasnya.
Jeni Indriani, perwakilan dari pemuda Hindu, menekankan aksi nyata.
"Kami siap terlibat aktif dan berkontribusi dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan krisis lingkungan dan kemanusiaan," katanya.
Mario Mere dari komunitas Katolik mengajak generasi muda untuk berperan dalam dunia akademik.
"Kami akan membuat kajian akademik dan mempublikasikannya agar fenomena krisis ini dapat ditanggapi secara ilmiah dan solutif," ucapnya.
Dari komunitas Kristen Protestan, Adi Saputra menyoroti pentingnya kontrol terhadap kebijakan publik.
"Kami akan memberikan masukan dan evaluasi kepada para pembuat kebijakan jika ada kebijakan yang merugikan lingkungan dan martabat manusia," ujarnya tegas.
Sementara itu, Agus Setiawan dari perwakilan agama Islam menutup pernyataan sikap dengan pesan keteladanan.
"Kami ingin menjadi garam dan terang di lingkungan keluarga, kampus, agama, dan masyarakat dengan hidup mencintai lingkungan dan menjunjung tinggi martabat manusia," katanya.
Melalui pernyataan sikap ini, orang muda lintas iman menunjukkan bahwa harapan atas masa depan bumi dan kemanusiaan masih ada. Dengan semangat solidaritas lintas agama, mereka siap menjadi bagian dari solusi, bukan hanya bersuara, tetapi juga bertindak.(AD)
Posting Komentar