Majelis Pendidikan Katolik Keuskupan Labuan Bajo Gelar Dialog Perdana Bersama Uskup Maksimus Regus
Katolik Terkini - Para guru dari sembilan yayasan di bawah naungan Majelis Pendidikan Katolik (MPK) Keuskupan Labuan Bajo menggelar pertemuan perdana bersama Uskup Mgr. Maksimus Regus di Aula SMA Ignatius Loyola pada Sabtu (17/5/2025).
Kegiatan ini berlangsung dalam suasana penuh semangat dan spiritualitas dengan mengusung tema "Mendidik dengan Hati, Melayani dengan Iman: Sebuah Panggilan yang Mendalam dan Menantang."
Uskup Maksimus Regus hadir bersama Sekretaris Jenderal Keuskupan, RD. Frans Nala, dan disambut secara adat oleh komunitas sekolah setempat. Pertemuan ini menjadi tonggak awal bagi MPK Keuskupan Labuan Bajo yang baru diresmikan pada 10 Maret 2025.
Sinergi Pendidikan Katolik di Labuan Bajo
Dalam sambutannya, Pater Fabianus Ngama, SVD, pengurus MPK Keuskupan Labuan Bajo, menyampaikan rasa syukur atas kehadiran Uskup Max Regus yang dinilai menjadi sumber inspirasi dan semangat baru bagi para pendidik Katolik.
Ia juga mengajak semua pihak untuk kembali menegaskan identitas sebagai pendidik Katolik, yang tidak hanya mencerdaskan secara intelektual tetapi juga membentuk hati yang penuh kasih dan semangat pelayanan.
“Pertemuan ini adalah momentum membangun sinergi, komunikasi, dan arah bersama demi kemajuan pendidikan Katolik di Keuskupan Labuan Bajo,” ujar Pater Fabianus.
Sementara itu, Ketua MPK Keuskupan Labuan Bajo, RD. Yohanes Fakundo Selman, menjelaskan bahwa MPK adalah wadah koordinasi dan kolaborasi antar yayasan pendidikan Katolik yang bekerja sama dengan Komisi Pendidikan Keuskupan.
Ia menegaskan lima tujuan utama MPK. Pertama, menjaga mutu pendidikan yang berlandaskan nilai iman Katolik. Kedua, mendukung pengembangan peserta didik secara akademik dan karakter.
Ketiga, meningkatkan kualitas guru dan tenaga pendidik melalui pelatihan. Keempat, mengembangkan manajemen yayasan pendidikan Katolik. Dan kelima, membangun kerja sama dengan pemerintah dan pihak swasta.
“MPK Keuskupan Labuan Bajo baru mulai merangkak. Harapannya ke depan bisa memberikan kontribusi besar bagi gereja lokal dan universal,” kata RD. Yohanes.
Dukungan dari Pemerintah Daerah
Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Manggarai Barat, Yohanes Hani, juga hadir dan memberikan apresiasi atas inisiatif pertemuan ini. Ia menekankan pentingnya sinergi antara lembaga pendidikan Katolik dengan pemerintah.
Dalam sambutannya, ia mengutip filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani, dan menegaskan bahwa peran sekolah Katolik sejalan dengan filosofi tersebut.
“Tidak boleh ada dikotomi antara sekolah negeri dan swasta. Semuanya adalah anak negeri dan harus bergerak bersama untuk kemajuan pendidikan Manggarai Barat,” tegas Yohanes Hani.
Uskup Maksimus: Pendidikan Katolik adalah Warisan Peradaban
Uskup Labuan Bajo Mgr. Maksimus Regus dalam pidatonya menyampaikan bahwa tema pertemuan ini selaras dengan semangat Tahun Yubileum 2025: Berziarah dalam Pengharapan.
Ia menekankan bahwa pendidikan Katolik bukan sekadar proses akademik, tetapi adalah bagian dari perutusan gereja dan bentuk pelayanan iman.
“Sekolah Katolik adalah tempat pertumbuhan rohani, pembentukan watak, dan perjumpaan transformatif,” tutur Uskup Maksimus.
Beliau juga menyoroti bahwa pendidikan Katolik di Flores adalah warisan sejarah yang telah membentuk peradaban masyarakat sejak dahulu. Namun, tantangan zaman modern menuntut guru-guru Katolik tampil bukan hanya sebagai pendidik profesional, tetapi sebagai saksi profetis yang menghadirkan kasih Allah melalui tindakan pendidikan.
“Kita mendidik bukan hanya untuk mengajar, tetapi untuk membebaskan. Dari ketidaktahuan, trauma, dan keterasingan sosial. Pendidikan sejati berakar pada relasi dan kasih,” tambahnya.
Selain itu juga, Uskup Maksimus mengajak para guru, pengurus yayasan, dan seluruh komunitas Katolik di Labuan Bajo untuk menjadikan MPK bukan hanya sebagai entitas administratif, tetapi sebagai komunitas perjumpaan yang saling menguatkan dalam motivasi, spiritualitas, dan tanggung jawab bersama.
Guru Katolik, kata beliau, bukan sekadar pengajar teknis, tetapi pelayan iman yang memberi kesaksian hidup akan cinta Allah yang membebaskan. Visi pendidikan Katolik adalah bagian dari misi gereja untuk menghadirkan Kerajaan Allah di tengah dunia, terutama melalui pelayanan kepada generasi muda.(AD)
Oleh : Vinsensius Patno (Komsos Keuskupan Labuan Bajo)
Posting Komentar